LAPORAN AKHIR
DASAR FISIOLOGI TANAMAN
Oleh
JUNAIDIN
11.04.07.0419
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAMAWA
(UNSA)
SUMBAWA BESAR
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan hasil praktikum Dasar Fisiologi Tanaman
disusun oleh :
Praktikan
Junaidin
NIM : 11.04.07.0419
|
Co. Ass
Okta Adi Saputra
|
Laporan
hasil praktikum ini dibuat untuk memenuhi persyaratan akademik (Kurikulum
Fakultas Pertanian) pada Universitas Samawa (UNSA) Sumbawa Besar.
Sumbawa Besar, Januari 2013
Menyetujui
Dosen Pengampuh
Heri
Kusnayadi, MP
NIDN
: 0802018102
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT
berkat rahmat dan izin-Nyalah sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan “Laporan Praktikum Fisiologi Tanaman”
ini. Laporan ini adalah hasil dari praktikum yang sudah dilakukan sebanyak
empat kali atau empat acara. Laporan ini juga adalah sebuah tulisan yang
memudahkan bagi penyusun khususnya dan mahasiswa pada umumnya sebagai bentuk
atau bukti telah dilakukannya praktikum.
Di dalam laporan ini terdiri atas
beberapa pembahasan masing-masing acara praktikum, namun secara rinci di dalam
laporan ini juga memuat alat dan bahan praktikum, cara kerja serta hasil
pengamatan yang disajikan dalam bentuk tabel agar mempermudah dalam mendapatkan
informasi dan pada tiap akhir dari acara terdapat kesimpulan yang menjadi pokok
permasalahan
Dalam penyusunan laporan ini juga
penyusun menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan yang tentunya masih
banyak kekurangan, oleh karna itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Demikian besar harapan penyusun semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi saya sendiri dan kemajuan mahasiswa serta
lembaga pendidikan
Sumbawa
Besar, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
PENGESAHAN............................................................................... i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI......................................................................................................... iii
DAFTAR
TABEL................................................................................................. v
DAFTAR
LAMPIRAN........................................................................................ vi
DAFTAR
GAMBAR.......................................................................................... vii
BAB
I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1.
Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2.
Tujuan...................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
2.1. ACARA 1
PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN.................................................................................................. 3
2.1.1. Pelaksanaan Praktikum........................................................................ 3
2.1.2. Landasan
Teori.................................................................................... 3
2.1.3. Alat, Bahan,
Dan Cara Kerja............................................................... 5
2.1.4. Hasil Pengamatan dan Pembahasan.................................................... 6
2.2. ACARA 2
TRANSPORTASI PADA TUMBUHAN............................ 11
2.2.1. Pelaksanaan
Praktikum...................................................................... 11
2.2.2. Landasan
Teori.................................................................................. 11
2.2.3. Alat, Bahan,
Dan Cara Kerja............................................................. 12
2.2.4. Hasil Pengamatan
dan Pembahasan.................................................. 13
2.3. ACARA 3
DIFUSI DAN OSMOSIS....................................................... 17
2.3.1. Pelaksanaan
Praktikum...................................................................... 17
2.3.2. Landasan
Teori.................................................................................. 17
2.3.3. Alat, Bahan,
Dan Cara Kerja............................................................. 19
2.3.4. Hasil Pengamatan dan Pembahasan.................................................. 21
2.4. ACARA 4
PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG............................................ 24
2.4.1. Pelaksanaan Praktikum...................................................................... 24
2.4.2. Landasan Teori.................................................................................. 24
2.4.3. Alat, Bahan, Dan Cara Kerja............................................................. 26
2.4.4. Hasil Pengamatan
dan
Pembahasan.................................................. 27
BAB
III KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 31
3.1. Kesimpulan............................................................................................ 32
3.2. Saran...................................................................................................... 32
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 33
LAMPIRAN
DAFTAR
TABEL
Tabel 1. Pengamatan Pot 1 tanaman kacang hijau pada tempat terang................... 6
Tabel 2. Pengamatan Pot 2 tanaman kacang hijau pada tempat redup.................... 7
Tabel 3. Pengamatan Pot 3 tanaman kacang hijau pada tempat gelap..................... 8
Tabel 4. Pengamatan difusi.................................................................................... 21
Tabel 5. Pengamatan osmosis................................................................................. 22
Tabel 6. Rerata tinggi tanaman jagung umur 7, 14, 21, 28 hari setelah tanam....... 27
Tabel 7. Rerata jumlah daun tanaman jagung umur 7, 14, 21, 28 hari setelah
tanam........................................................................................................ 28
Tabel 8. Rerata panjang akar tanaman jagung umur 28 hari setelah tanam............ 29
Tabel 9. Rerata jumlah akar serabut tanaman jagung umur 28 hari setelah
............. tanam....................................................................................................... 29
Tabel 10. Rerata jumlah bulu-buu akar tanaman jagung umur 28 hari
............. setelah tanam........................................................................................... 30
Tabel 11. Rerata panjang akar, jumlah akar serabut,
jumlah bulu-bulu akar.......... 30
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tinggi tanaman jagung umur 7 HTS.................................................. 34
Lampiran 2. Tinggi tanaman jagung umur 14 HTS................................................ 35
Lampiran 3. Tinggi tanaman jagung umur 21 HTS................................................ 37
Lampiran 4. Tinggi tanaman jagung umur 28 HTS................................................ 38
Lampiran 5. Jumlah daun tanaman jagung umur 7 HTS........................................ 40
Lampiran 6. Jumlah daun tanaman jagung umur 14 HTS...................................... 40
Lampiran 7. Jumlah daun tanaman jagung umur 21 HTS...................................... 41
Lampiran 8. Jumlah daun tanaman jagung umur 28 HTS...................................... 45
DAFTAR
GAMBAR
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan tanaman kacang hijau........................................... 9
Gambar 2. Penampang sel tanaman pacar air (Impatien sp) pada tabung I
Aquades.............................................................................................. 13
Gambar 3. Penampang sel tanaman pacar air (Impatien sp) pada tabung II
methylene blue.................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang
Fisiologi tumbuhan sebenarnya telah ada sejak dahulu, tetapi
tidak bersamaaan dengan adanya manusia maupun dimulainya pertanian.Kajian dalam
fisiologi tumbuhan sangat bergantung pada: anatomi tumbuhan, biologi sel, kimia
struktur dan kimia fungsi (kimia organik) Seluruh fungsi tumbuhan dapat
dipahami dengan dasar prinsip fisika dan kimia (Martin, 1983).
Teknologi ilmu fisika dan kimia terapan menyumbangkan peralatan untuk
membantu penelitian di bidang fisiologi tumbuhan Anggapan bahwa tumbuhan adalah
sesuatu yang mekanistik membuahkan penelitian yang berhasil, sedangkan anggapan
yang berlawanan yang disebut vitalistik tidak menghasilkan apapun untuk sains (Salisbury,
2011).
Para ahli botani dan fisiologi
tumbuhan juga mempelajari anggota dari empat di antara lima dunia organisme
yang dikenal oleh banyak ahli biologi. Namun sebagian besar bahasan di buku ini
lebih memperhatikan tumbuhan sejati yang spesiesnya sedikit, yaitu gimnosprema
dan angiosperma (Salisbury, 2011).
Fisiologi tumbuhan adalah ilmu yang membahas
proses-proses yang terjadi di dalam tubuh tumbuhan pada tingkatan molekul dan
seluler, sedangkan fisiologi tanaman yaitu ilmu yang membahas proses yang
terjadi pada tubuh tanaman pada tingkatan individu dan populasi (Soetedjo, 1992).
Adapun hal-hal penting
yang dibahas dalam fisiologi tumbuhan yaitu mengenai macam-macam proses,
seperti transpirasi respirasi, evapotranspirasi, sertqa proses pengangkutan
unsur hara dan air yang terjadi dalam tubuh tumbuhan yang berupa proses:
difusi, osmosis, imbibisi serta tranpor
aktif dan pasif ( Kusnayadi, 2012).
Selain itu juga terdapat mekanisme proses yang terdiri
dari proses fotosintesis yang terjadi dalam dua tahap yaitu reaksi cahaya dan
reaksi gelap, dimana prosses ini berlangsung didalam kloroplas yang dipengaruhi
juga oleh transpirasi dan intensitas cahaya yang datang ( Kusnayadi, 2012).
Oleh karena itu, di dalam laporan
ini kita akan mengetahui bagaimana peristiwa serta proses yang terjadi dalam
tubuh tanaman dalam rangka mempertahankan kehidupan dan menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi kehidupan mahkluk di muka bumi ini (Anonim: 2012).
1.2. Tujuan
1.2.1. Untuk mengetahui
pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman
1.2.2. Untuk mengetahui proses transportasi pada
tumbuhan pacar air
1.2.3. Untuk mengetahui peristiwa difusi dan
osmosis yang terjadi pada tumbuhan
1.2.4. Untuk mengetahui pengaruh media tanam terhadap
pertumbuhan tanaman jagung
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
ACARA 1
PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
2.1.1. Pelaksanaan Praktikum
·
Tanggal Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Sabtu tanggal 20 Oktober 2012
·
Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Samawa (UNSA) Sumbawa Besar
2.1.2. Landasan Teori
Sinar Matahari atau radiasi Matahari adalah sinar yang berasal dari matahari. Tanaman menggunakan cahaya
Matahari untuk berfotosintesis dan membuat
makanan. Tanpa cahaya Matahari, takkan ada kehidupan di Bumi. Sinar Matahari bisa berakibat baik maupun
buruk kepada kesehatan seseorang. Dalam
terang, tubuh manusia memproduksi vitamin D sendiri. Terlalu
lama terpajan sinar Matahari bisa menyebabkan kulit
terbakar (Anonim, 2012).
Tanaman memerlukan cahaya Matahari tumbuh hijau.
Dengan air tanpa
cahaya Matahari, tanaman akan tumbuh tinggi dengan cepat, namun akan terlihat kuning dan kekurangan air, meskipun saat
disentuh, daunnya teraba
amat basah (Anonim, 2012).
Cahaya juga merangsang pembungaan tumbuhan tertentu. Ada
tumbuhan yang dapat berbunga pada hari pendek (lamanya penyinaran matahari
lebih pendek daripada waktu gelapnya). Ada pula tumbuhan yang berbunga pada
hari panjang (lamanya penyinaran lebih panjang daripada waktu gelapnya). Hal
tersebut berhubungan dengan aktifitas hormon fitokrom dalam tumbuhan.
Selain mempengaruhi pembungaan, fitokrom berpengaruh terhadap etiolasi,
pemanjangan batang, pelebaran daun, dan perkecambahan (Anonim, 2012).
Fitokrom adalah protein dengan kromatofora yang mirip
fikosianin. Fitokrom mempunyai dua macam struktur yang reversible yaitu yang
dapat mengabsorpsi cahaya merah (600 nm) disingkat Pr dan yang dapat
mengabsorpsi cahaya merah jauh, far red (730 nm) disingkat Pfr (Anonim,2012).
Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang irreversible
(tidak dapat kembali) karena adanya pembelahan mitosis atau pembesaran sel, dapat pula disebabkan oleh keduanya.
Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif. Sedangkan perkembangan
adalah terspesialisasinya sel-sel menjadi struktur dan fungsi tertentu.
Perkembangan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran, tetapi dapat dinyatakan
dengan perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan
(Harsono,1985).
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan diawali dengan
perkecambahan biji. Kemudian, kecambah berkembang menjadi tumbuhan kecil
sempurna, yang kemudian tumbuh membesar. Setelah mencapai masa tertentu
tumbuhan akan berbunga dan menghasilkan biji kembali (Harsono, 1985).
Kacang hijau adalah
sejenis tanaman budidaya
dan palawija
yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku
polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki
banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan
berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia
menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai
dan kacang tanah (Andriance, 1995).
Bagian paling bernilai ekonomi adalah bijinya. Biji
kacang hijau direbus hingga lunak dan dimakan sebagai bubur
atau dimakan langsung. Biji matang yang digerus dan dijadikan sebagai isi onde-onde, bakpau,
atau gandas turi.
Kecambah kacang hijau menjadi sayuran yang umum dimakan di kawasan Asia Timur
dan Asia
Tenggara dan dikenal sebagai tauge. Kacang hijau bila direbus
cukup lama akan pecah dan pati yang terkandung dalam
bijinya akan keluar dan mengental, menjadi semacam bubur. Tepung biji kacang hijau, disebut
di pasaran sebagai tepung hunkue,
digunakan dalam pembuatan kue-kue dan cenderung
membentuk gel.
Tepung ini juga dapat diolah menjadi mi yang dikenal sebagai soun (Andriance, 1995).
Kacang hijau memiliki kandungan protein
yang cukup tinggi dan merupakan sumber mineral
penting, antara lain kalsium
dan fosfor.
Sedangkan kandungan lemaknya
merupakan asam lemak tak jenuh (Anonim, 2012).
Kandungan kalsium dan fosfor pada kacang hijau bermanfaat
untuk memperkuat tulang. Kacang hijau juga mengandung rendah lemak yang sangat
baik bagi mereka yang ingin menghindari konsumsi lemak tinggi. Kadar lemak yang
rendah dalam kacang hijau menjadikan bahan makanan atau minuman yang terbuat
dari kacang hijau tidak mudah berbau
(Anonim,2012).
2.1.3. Alat, Bahan, dan Cara Kerja
Ø Alat
ü Beaker
gelas
ü Kapas
ü Penggaris
ü Cahaya
matahari
Ø Bahan
ü 12 biji
kacang hijau
ü Air
Ø Cara
Kerja
ü Menyiapkan
alat dan bahan
ü Merendam
biji kacang hijau kedalam air selama 2 jam sampai terjadi proses imbibisi,
yaitu air terserap oleh biji sehingga biji menjadi lunak
ü Memasukkan
kapas secukupnya ke masing-masing cawan petri sebagai pengganti pot
ü Memberi
tanda pada masing-masing pot 1 “terang”, por 2 “redup”, pot 3 “gelap”
ü Menanam
4 biji kacang hijau yang sudah direndam ke dalam masing-masing gelas atau pot
tersebut
ü Meletakkan
pot bertanda terang diletakkan ke tempat yang terang, pot yang bertanda redup
diletakkan ditempat yang redup, dan pot yang bertanda gelap ke tempat yang
gelap
ü Menyiram
dengan air secukupnya menggunakan semprot pada masing-masing tanaman dengan
takaran yang sama
ü Mengukur
setiap hari selama 7 berapa pertambahan tinggi masing-masing tanaman dengan
menggunakan penggaris dan mengamati setiap hari sifat tanaman dilihat dari
kekokohannya ataupun warna daun
2.1.4. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Pengamatan Pot 1 tanaman kacang hijau pada tempat terang
Hari
|
Tinggi
(cm)
|
Warna
Daun
|
Kekokohan
|
Keterangan
|
Ke-1
|
0,4
|
Kuning
|
Kokoh
|
Daun
agak pucat
|
Ke-2
|
1,2
|
Hijau
muda
|
Kokoh
|
Tumbuh
dengan baik
|
Ke-3
|
2
|
Hijau
muda
|
Kokoh
|
Tumbuh
dengan baik
|
Ke-4
|
3,8
|
Hijau
muda
|
Kokoh
|
Tumbuh
dengan baik
|
Ke-5
|
5
|
Hijau
muda
|
Kokoh
|
Tumbuh
dengan baik
|
Ke-6
|
7,3
|
Hijau
tua
|
Kokoh
|
Tumbuh
dengan baik
|
Ke-7
|
8,5
|
Hijau
tua
|
Kokoh
|
Tumbuh
dengan baik
|
|
3,98
|
Rata-rata
tinggi tanaman kacang hijau
|
Pada
tabel yang sudah dipaparkan diatas yaitu tinggi tanaman kacang hijau (Vigna radiata), pertama akan dijelaskan
tinggi tanaman yang berada pada pot pertama yaitu tanaman yang diletakkan pada
tempat yang terang, pada hari pertama tanaman yang dirtempatkan pada tempat
yang terang tingginya 0,4 cm daunnya masih sedikit terlihat dan berwarna
kekuningan, masih lembek atau tidak kokoh dan keadaan daunnya pucat, dan pada
hari ke-2 tanaman kacang hijau ini
tumbuh tinggi menjadi 1,2 cm dan mulai tampak warna hijau muda pada daunnnya
serta batangnya nampak kokoh pertumbuhannya juga lebih baik dari hari pertama.
Pada
hari ke-3 tanaman kacang hijau ini tumbuh tinggi menjadi 2 cm dari dua hari
sebelumnya, keadaan batangnya begitu kokoh serta pertumbuhannnya cukup baik,
begitu seterusnya sampai pada hari ke- 7 tanaman kacang hijau ini bertambah
tinggi menjadi 8,5 cm daunnya berwarna hijau tua yang menandakan bahwa
kandungan klorofilnya sudah banyak dan proses fotosintesisnya baik, ditandai
dengan pertumbuhan batang yang begitu kokoh dan perkembangan yang baik pula.
Persis seperti pendapat
(Salisbury, 2011) bahwa tanaman yang terkena cahaya matahari secara
langsung (terang) pertumbuhannya lebih lambat, daunnya lebar dan tebal,
berwarna hijau, batangnya tegak, dan kokoh.
Tabel 2. Pengamatan Pot 2 tanaman kacang hijau pada tempat redup
Hari
|
Tinggi
(cm)
|
Warna
Daun
|
Kekokohan
|
Keterangan
|
Ke-1
|
1,8
|
Kuning
|
Tidak
kokoh
|
Batang agak pucat
|
Ke-2
|
2,2
|
Kuning
|
Tidak
kokoh
|
Batang agak
pucat
|
Ke-3
|
7
|
Kuning
|
Tidak
kokoh
|
Batang agak
pucat
|
Ke-4
|
11
|
Kuning
|
Tidak
kokoh
|
Batang agak
pucat
|
Ke-5
|
18
|
Hijau
muda
|
Tidak
kokoh
|
Daun tidak
segar
|
Ke-6
|
26
|
Hijau
muda
|
Tidak
kokoh
|
Daun tidak
segar
|
Ke-7
|
27
|
Hijau
muda
|
Tidak
kokoh
|
Daun tidak
segar
|
|
12,47
|
Rata-rata
tinggi tanaman kacang hijau
|
Setelah itu
perbandingan dengan tanaman yang tumbuh pada tempat yang kurang sinar
mataharinya, atau yang sudah diletakkan pada tempat yang redup, pada hari
pertama tanaman ini tumbuh setinggi 1,8 cm namun yang menjadi masalah yaitu
dunnya kekuningan batangnya tidak kokoh dan bentuknya kecil lembek. Pada hari
ke- 2 pertumbuhannya menjadi 2,2 cm, dan
keadaannya belum begitu berbeda dengan hari pertama,yang jelas terlihat
perbedaanya yaitu pada hari ke- 3 dengan tinggi mencapai 7 cm, namun daunnya
masih berwarna kuning batangnya tidak kokoh dan bentuknya agak tipis dan
lembek. Dan pada hari ke- 5 warna
daunnya sudah tampak berubah yaitu berwarna hijau muda dengan tinggi 18 cm
namun batangnya masih tidak kokoh dan pertumbuhannya tidak begitu bagus, hari ke- 6 tingginya mencapai 26cm kemudian
pada hari – 7 tinggi tanaman ini mencapai 27 cm namun bentuk batangnya kecil
dan tidak kokoh serta pertumbuhannya tidak baik. Data diasumsikan bahwa tanaman ini mengandung sedikit klorofil.
Dari hasil penelitian pada pot 2 untuk
tanaman kacang hijau yang diletakkan ditempat redup terlihat pada tabel bahwa
pertumbuhan tinggi tanaman dari hari ke-1 sampai hari ke-7 semakin meningkat
dan interval pertumbuhannya cukup jauh.
Seperti yang dikemukakan oleh (Salisbury, 2011) , bahwa tanaman kacang hijau (Vigna
radiata) yang di letakkan di tempat yang redup tumbuhnya lebih lambat dibandingkan
kacang hijau (Vigna radiata) yang
diletakkan ditempat yang gelap.
Tabel 3.
Pengamatan Pot 3
tanaman kacang hijau pada
tempat gelap
Hari
|
Tinggi
(cm)
|
Warna
Daun
|
Kekokohan
|
Keterangan
|
Ke-1
|
5
|
Kuning
|
Tidak
kokoh
|
batangnya
pucat
|
Ke-2
|
11
|
Kuning
|
Tidak
kokoh
|
batangnya
pucat
|
Ke-3
|
19
|
Kuning
|
Tidak
kokoh
|
batangnya
pucat
|
Ke-4
|
25
|
Kuning
|
Tidak
kokoh
|
batangnya
pucat
|
Ke-5
|
28
|
Kuning
|
Tidak
kokoh
|
Daun
tidak segar
|
Ke-6
|
33
|
Kuning
|
Tidak
kokoh
|
Daun
tidak segar
|
Ke-7
|
36
|
Kuning
|
Tidak
kokoh
|
Daun
tidak segar
|
|
23,69
|
Rata-rata
tinggi tanaman kacang hijau
|
Kemudian dari hasil pengamatan pada
tanaman yang diletakkan pada tempat yang gelap, yang sama sekali tidak terdapat
cahaya, pada hari pertama tingginya mencapai 5 cm daunnya tidak begitu tampak,
batangnya tidak kokoh dan bentuknya kecil memanjang. Pertumbuhannya sangat cepat bisa dikatakan tanaman ini
tumbuh 2x lebih cepat dari tanaman kacang hijau yang ditepatkan pada tempat
yang terkena sinar matahari langsung dan pada tempat yang terdapat naungan.
Tanaman kacang hiaju yang ditempatkan pada tempat yang gelap mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat disebut dengan etiolasi. Dan yang menyebabkan
tanaman kacang hiaju ini tumbuh tanpa batas karna memproduksi hormon auksin
yang banyak. Hal ini sama seperti pendapat (Anonim, 2010) bahwa, tanaman yang ditempatkan dalam
keadaaan tanpa cahaya akan mengalami pertumbuhan yang extreme karna pengaruh
hormon auksin yang diproduksi oleh tanaman tersebut.
Gambar 1. Grafik pertumbuhan tanaman kacang hijau
Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna
radiata) yang berada ditempat gelap
memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dan 2x lebih cepat dibandingkan dengan tanaman kacang hijau yang
diletakkan pada tempat yang terkena sinar matahari secara langsung. Pertumbuhah
tanaman kacang hijau yang berada pada tempat yang gelap berbeda dibandingkan pertumbuhan tanaman kacang hijau (Vigna
radiata) yang berada di tempat redup
maupun terang.
Hal ini sesuai
dengan pendapat (Salisbury, 2011) bahwa, cahaya
merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. Dapat dikatakan bahwa cahaya
memperlambat/menghambat pertumbuhan.
2.2. ACARA 2
TRANSPORTASI PADA TUMBUHAN
2.2.1.
Pelaksanaan Praktikum
·
Tanggal Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Sabtu tanggal 3 November 2012
·
Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Samawa (UNSA) Sumbawa Besar
2.2.2
Landasan Teori
Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan
dan pengeluaran zat-zat keseluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat
rendah, penyerapan air dan zat hara terlarut didalamnya dilakukan melalui
seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi proses pengangkutan
dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri dari xilem dan floem (Teddy, 2009).
Sebagian besar unsur hara dibutuhkan
tanaman, diserap dari larutan tanah melalui akar, kecuali karbon dan oksigen
yang diserap dari udara oleh daun. Penyerapan unsur hara secara umum lebih
lambat dibandingkan dengan penyerapan air oleh akar tanaman (lakitan,
1999).
Dalam kehidupan sehari-hari terjadi banyak hal yang berkaitan dengan
tumbuhan dan air. Misalnya transpirasi,kohesi air,dan pengaruh potensial air.
Ketiga hal tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya dalam
proses pengangkutan air dari dalam tanah menuju ke daun. Pengangkutan air ini
dilakukan oleh bagian tumbuhan,baik akar,batang maupun daun. Pengangkutan air
ini selalu dikaitkan dengan akar dan jarang dikaitkan dengan batang ataupun
daun. Pada kenyataannya daun dan batang juga memiliki pengaruh yang cukup
signifikan dalam penyerapan air (Salisbury, 1995:30).
Saat daun mengalami transpirasi,air dalam daun berkurang dan daun berusaha
menyerap air dari batang,kemudian batang memperoleh air dari akar. Untuk
membuktikan bahwa daun dan batang mengadakan usaha untuk menyerap air,maka
dilakukan percobaan mengenai daya isap daun dan kapilaritas batang. Daya isap
daun ini memiliki kecepatan untuk melakukan penyerapan terhadap air,kecepatan
ini bergantung pada kekentalan zat cair,jumlah daun,dan tingkat penyinaran (Salisbury, 1995:30).
Dalam bahasan mengenai kecepatan absorbsi (penyerapan) air telah dibahas
mengenai jumlah daun dan tingkat penyinaran,akan tetapi jarang dibahas absorbsi
yang berkaitan dengan kekentalan zat cair. Dalam laporan ini akan dibahas mengenai kecepatan absorbsi
air yang berkaitan dengan tingkat kekentalan zat cair (Schlegel, 1999).
Bunga pacar air berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Namun tanaman
ini diperkenalkan di Amerika pada abad ke-19. Tanaman ini ada yang memiliki
bunga berwarna putih, merah, ungu, atau merah jambu. Bentuk bunga ini
menyerupai bunga anggrek yang kecil. Tanaman ini tidak dapat hidup di lingkungan
yang kering (Schlegel, 1999).
2.2.3. Alat, Bahan, Dan Cara Kerja
Ø Alat
ü Mikroskop
Elektron (Novel Gea Medical)
ü Gelas
objek
ü Gelas
penutup
ü Silet
atau cutter
ü Batang
pengaduk
ü Erlenmeyer
Ø Bahan
ü Zat
pewarna Methylene Blue
ü Aquades/air
ü Tumbuhan
pacar air ( Impatien sp )
Ø Cara
Kerja
ü Menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan
ü Menyediakan
2 tabung erlenmeyer, tabung 1 diisi aquades dan tabung yang ke 2 diisi aquades
yang dicampur dengan Methylene Blue, masing-masing sebanyak 250 ml
ü Memotong
batang Impatien sp meruncing bagian bawahnya
ü Memasukkan
batang Impatien sp ke dalam kedua tabung, masing-masing satu batang Impatien sp
ü Didiamkan
selama 2,5 jam, mengamati apa yang terjadi pada bagian batang dan tulang daun
tumbuhan tersebut
ü Menyayat
secara melintang bagian batang dan tulang daun tumbuhan tersebut, mengamatinya
dibawah mikroskop dan menggambarkan hasilnya pada lembar kerja yang telah
disediakan.
2.2.4. Hasil
Pengamatan dan pembahasan
Gambar 2. Penampang sel tanaman pacar air (Impatien sp) pada tabung I aquades
NO
|
BAGIAN
|
TABUNG I AQUADES
|
|
GAMBAR TANGAN
|
GAMBAR LITELATUR
|
||
1
|
BATANG
|
|
|
2
|
TULANG
DAUN
|
|
|
Dari hasil pengamatan tampak pada tabung yang diisi aquades
dan tanaman pacar air (Impatien sp) dengan volume air 250 ml yang
dituangkan pertama kali mengalami
pengurangan volume air ± 5 ml.
Dan pada tabel gambar 2, ketika selnya diamati menggunakan mikroskop pada bagian sel batang dan
tulang daunnya terlihat ada cairan. Cairan yang masuk kedalam batang dan tulang daun
saat dilakukan perendaman adalah air rendaman.
Dengan demikian, tampak bahwa terjadi
transportasi pada tumbuhan pacar air (Impatien
sp)., yaitu terserapnya air oleh pembuluh kayu (xylem) pada batang tanaman
tersebut.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Anonim, 2010) bahwa adapun yang menyebabkan air dapat
diangkut oleh tumbuhan adalah karena tumbuhan menggunakan tekanan akar, tenaga
kapilaritas, dan juga tarikan transpirasi. Namun, pada tanaman-tanaman yang
sangat tinggi, yang sangat berperan paling penting adalah tarikan transpirasi,
ketika air menguap dari sel mesofil, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi
semakin jenuh. Sel-sel ini akan menarik air melalu osmosis dari sel-sel yang
berada lebih dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik air yang
diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan kolom berkelanjutan dari akar ke
daun.
Gambar 3. Penampang sel tanaman pacar air (Impatien sp) pada tabung II methylene
blue
NO
|
BAGIAN
|
TABUNG II METHYLENE BLUE
|
|
GAMBAR TANGAN
|
GAMBAR LITELATUR
|
||
1
|
BATANG
|
|
|
2
|
TULANG
DAUN
|
|
|
Dari hasil praktikum yang dilakukan pada
tabung 2 yang diisi aquades yang dicampur dengan Methylene Blue dan tanaman
pacar air (Impatien sp) dengan volume
air 250 ml mengalami kekurangan air sebanyak ± 2 ml dari volume air yang
dituangkan pada tabung pertama kali.
Jika dibanding dengan tanaman pacar air yang
tidak dicampur dengan metilen blue tanaman pada tabung 1 lebih banyak menyerap
air yaitu ± 5 ml, sedangkan pada tabung 2 hanya ± 2 ml. Tanaman pacar air lebih
cepat dan lebih banyak menyerap air biasa jika dibandingkan dengan air yang
dicampur dengan metilen blue
Pada pengamatan yang dilakukan
pengamatan menggunakan mikroskop, pada batang terlihat cairan berwarna kebiruan pada susunan jaringannya. Dan selain itu juga larutan metilen
blue nampak dari luar juga. Hal ini membuktikan bahwa jaringan xylem melakukan
penyerapan air. Penyerapan air ini juga dilakukan oleh jaringan tanaman seperti
halnya pada pengamatan yang dilakukan pada tanaman pacar air yang direndam pada
air aquades
Hal ini sejalan dengan pendapat (Anonim, 2011) bahwa transportasi
tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian
tubuh tumbuhan. Inilah sebabnya pada
penmapang jaringan terlihat adanya cairan yang merupakan hasil penyerapan yang
dilakukan oleh pembuluh xylem.
2.3. ACARA
3 DIFUSI DAN OSMOSIS
2.3.1. Pelaksanaan Praktikum
·
Tanggal Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 3
November 2011
·
Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas
Pertanian Universitas Samawa (UNSA) Sumbawa Besar
2.3.2. Landasan Teori
Difusi adalah peristiwa
mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan
konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan
terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai
keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap
terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh yang sederhana adalah
pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis.
Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi molekuler. Difusi ini terjadi
jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang diam dari
solid atau fluida (Anonim, 2010).
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya
suatu zat dalam
pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.
Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi (Wudianto, 2002).
Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel
tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi
walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kecepatan difusi, yaitu:
a. Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel,
semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehinggak kecepatan difusi semakin
tinggi.
b. Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin
lambat kecepatan difusi.
c. Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin
cepat kecepatan difusinya.
d. Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi,
semakin lambat kecepatan difusinya.
e. Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi
untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusiny (Wudianto, 2002).
Osmosis adalah
perpindahan air melalui membran permeabel dari bagian yang lebih encer ke bagian
yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi
tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran.
Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut, dari
larutan yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang konsentrasi
zat pelarutya rendah melalui selaput atau membran selektif permeabel atau semi
permeable (Wuryaningsih, 1997).
Jika di dalam suatu
bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel, dua Iarutan glukosa yang
terdiri atas air sebagai pelarut dan glukosa sebagai zat terlarut dengan
konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan oleh selaput selektif permeabel, maka
air dari larutan yang berkonsentrasi rendah akan bergerak atau berpindah menuju
larutan glukosa yang konsentrainya tinggi melalui selaput permeabel. Jadi, pergerakan air berlangsung dari larutan yang
konsentrasi airnya tinggi menuju kelarutan yang konsentrasi airnya rendah melalui
selaput selektif permiabel (Wuryaningsih, 1997).
Larutan vang
konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam
sel dikatakan .sebagai larutan hipertonis. sedangkan larutan yang konsentrasinya
sama dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika larutan yang
terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di
dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis (Marsono, 2001).
Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan
di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah.Tumbuhan dengan sel
dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan
terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di manaprotoplasma sel terkelupas dari dinding sel,
menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis -
runtuhnya seluruh dinding sel - dapat terjadi (Marsono,
2001).
Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan
untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara
berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di
larutan hipotonik. Proses sama pada sel hewan disebut krenasi. Cairan di dalam sel hewan keluar karena
peristiwa difusi (Santoso, 1998).
2.3.3. Alat,
Bahan, dan Cara Kerja
- Alat dan bahan difusi
Ø Alat
ü Gelas
piala 4 buah
ü Pipet
tetes 1 buah
ü Pengaduk
1 buah
Ø Bahan
ü Larutan
Methylen Blue pekat
ü Kristal
HCl
ü Aquades
- Alat dan bahan osmosis
Ø Alat
ü Cawan
petri 4 buah
ü Jarum
ü Air
ü Garam
Ø Bahan
ü Kentang
ü Timun
- Cara Kerja
Ø
Mengamati
proses difusi
ü
Mengisi
gelas piala dengan aquades, kemudian meneteskan methylene blue kedalam air
gelas piala sebanyak 1-2 tetes. Jangan diaduk. Lalu diamati arah penyebaran
warna biru tersebut dan mencatat waktu yang dibutuhkan dimulai saat penetasan
hingga warna menyebar sempurna.
ü
Mengulangi
langkah (1) tetapi setelah penetasan larutan metilen blue, segera diaduk dan
catat berapa waktu yang dibutuhkan hingga warna tercampur sempurna.
ü
Memasukkan
garam pada gelas piala yang telah diisi dengan aquades, jangan diaduk dan
diamati penyebaran warnanya dan mencatat waktu yang dibutuhkan sampai larutan
merata.
ü
Mengulangi
langkah (3) tetapi setelah kristal HCl/garam dimasukkan segera diaduk dan amati
penyebarannya dan catatlah waktu yang dibutuhkan sampai larutan merata
ü
Menulis
hasil pengamatan pada tabel pengamatan
Ø
Mengamati
proses osmosis
ü
Mengiris
kentang dan timun dengan ketebalan ± 0,4-0,5 cm, masing-masing sebanyak 8
potong. Dan diusahakan ketebalan irisan sama.
ü
Mengisi
cawan petri dengan air hingga ¾ tinggi cawan petri. Menambahkan garam pada
salah satu cawan petri yang berisi larutan garam dengan “air garam” dan label
“air” untuk cawan petri yang berisi air air.
ü
Memasukkan
2 irisan timun dan 2 irisan kentang kedalam cawan petri air garam dan memasukkan
2 irisan timun dan 2 irisan kentang sisanya dalam petri berisi air.
ü
Biarkan
selama 15 menit kemudian mengamati tingkat kekerasannya. Lalu perlakuan
dilanjutkan hingga 30 menit, amati kekerasannya.
ü
Menulis
hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
2.3.4
Hasil dan
Pembahasan
Tabel 4. Pengamatan
difusi
Perlakuan
|
Diaduk
|
Tidak diaduk
|
||
Arah gerak
|
Waktu
|
Arah gerak
|
Waktu
|
|
Kristal HCl/garam
|
Menyebar
|
53.38
sekon
|
Menyebar
|
2.50.90
sekon
|
Methylene blue
|
Menyebar
|
5.41 sekon
|
Menyebar
|
20.24.43 sekon
|
Dari praktikum yang telah kami lakukan dapat dijelaskan bahwa
pada pengamatan proses difusi yang memakai larutan matylen blue yang di
tambahkan air dengan garam dapur (Nacl) yang juga ditambahkan air terjadi
perbedaan waktu yang berbeda jauh. Setelah matylem blue di campur air, matylen
blue tersebut membentuk gumpalan yang melingkar menunjukan matylen blue sedang
mengalami difusi. Yaitu peristiwa menyebarnya matylen blue yang mempunyai
konsentrasi tinggi menuju/menyebar ke air yang konsentrasinya lebih rendah
untuk mencapai keadaan homogen pada larutan.
Waktu
yang di perlukan agar larutan ini menjadi homogen dengan cara diberi tekanan
adalah : 05 detik,41 sekon dan dengan cara tidak di beri
tekanan 20 menit : 24 detik. Tercapainya keadaan homogen
pada air yang di masukan garam dapur (Nacl) lebih lama di bandingkan pada
larutan metylen blue yaitu dengan tidak
di beri tekanan 02 menit :50
detik dan dengan cara di
beri tekanan 53 detik : 38 sekon. Peristiwa pencampuran Nacl dengan air ini
merupakan peristiwa difusi zat padat dalam medium air.menyebar dan menjadi larutan. Perbedaaan cepat dan
lamanya bahan untuk larut dalam air
dikarenakan oleh butir kristal HCl lebih besar dibandingkan dengan butiran
metilen blue.
Hal ini sama dengan yang dikemukakan oleh (Wudianto, 2002) bahwa, difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya
suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang
berkonsentrasi rendah.
Tabel 5. Pengamatan osmosis
Perlakuan
|
Air
|
Air garam
|
||
15 menit
|
30 menit
|
15 menit
|
30 menit
|
|
Kentang
|
++
|
+++
|
- -
|
- -
|
Timun
|
+
|
++
|
- -
|
- - -
|
Ket :
+ = cukup keras
++ = keras
+++ = sangat keras
|
- = cukup lembek
- - = lembek
- - - =
sangat lembek
|
Pada
perobaan pertama proses osmosis menggunakan kentang dan timun di masukan dalam
air, sebelum di masukan ke dalam air, kentang dan timun memiliki kndisi awal
yang keras. Setelah di rendam ke dalam air selama 15 menit, ke dua bahan
tersebut semakin keras, ke adaan kentang dan timun yang semakin keras ini
menunjukan turgornya. Yaitu keadaan tegang yang timbul antar dinding sel dengan
inti sel yang menyerap air ke dalam sel-sel kedua bahan tersebut.Hal serupa
terjadi setelah kedua bahan tersebut di biarkan selama 30 menit yaitu keadaan
kentang dan mentimun tersebut semakin keras.
Pada
percobaan yang ke dua dengan menggunakan irisan kentang dan mentimun di masukan
kedalam larutan garam, kentang dan timun sebelum di masukan ke dalam larutan
garam memiliki kondisi yang sangat keras yang di ketahui dengan
menekan/menusuknya dengan jarum kedua bahan tersebut. Setelah di biarkan selama
15 menit dalam larutan garam, bahan tersebut mengalami pengkerutan serta
kondisinya lembek dari kondisi awal.Hal ini di sebabkan adanya perbedaan
konsentrasi antara irisan kentang dan timun dengan larutan garam.
Larutan
garam memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dari pada konsentrasi yang di
miliki kentang dan timun tersebut sehingga cairan yang terdapat pada kentang
dan timun tersebut berpindan menuju larutan garam yang biasa di sebut proses
osmosis pada kondisi 30 menit bahan
semakin mengkerut dan semakin lembek. Hal ini di karenakan semakin banyaknya
cairan di dalam bahan tersebut yang keluar menuju larutan garam yang memiliki
konsentrasi tinggi.
Berdasarkan
percobaan diatas dapat di ketahui bahwa lembek dan kerasnya fisik bahan
tersebut sangat tergantung pada tinggi rendahnya konsentrasi larutan
perendamnya, serta di pengaruhi lamanya waktu perendaman.
Pernyataan ini
sama seperti apa yang diungkapkan oleh (Anonim, 2002) bahwa Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan
molekul zat pelarut, dari larutan yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju
larutan yang konsentrasi zat pelarutya rendah melalui selaput atau membran selektif
permeabel atau semi permeable.
2.4. ACARA 4 PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
2.4.1. Pelaksanaan Praktikum
·
Tanggal Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Sabtu tanggal 13 Oktober 2012
·
Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Samawa (UNSA) Sumbawa Besar
2.4.2. Landasan Teori
Jagung merupakan
tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.
Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua
untuk tahap pertumbuhan generatif. Bunga betina jagung berupa
"tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan
"rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik
(Bredi, NC: 1984).
Akar jagung tergolong
akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada
pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif
dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman
(Gaur AC, 1982).
Batang jagung tegak
dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau
gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul
dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun
jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun
terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada
yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang
khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis
berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi
defisit air pada sel-sel daun (Gaur, AC : 1982).
Menurut Effendi,
taksonomi tanaman jagung yaitu sebagai berikut
Kerajaan : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi :
Spermatophita (tumbuhan berbiji)
Sub divisi : Angiospermae (biji tertutup)
Kelas : Monocotyledone (keeping satu)
Bangsa : Graminae
(rumput-rumputan)
keluarga :
Graminaceal
Gen : Zea
Jenis : Zea mays L
Selain
itu juga pertumbuhan tanamn jagung dipengaruhi oleh media tanam sebab dari
situlah tempat kesediaan nutrisi dan unsur hara bagi perkembangan tana,an itu
sendiri. Tanaman akan tumbuh dengan baik dan menghasilkan produk yang diminta
jika media tanamnya sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman. Medium yang baik
adalah medium yang dapat merembeskan air yang berlebihan dengan mudah, dapat
menahan air untuk kebutuhan tanaman, subur, gembur, dan terdapat banyak unsur
hara di dalamnya. Media tanam sering sekali diabaikan dalam usaha pertanian,
padahal media tanam adalah pendukung utama terhadap hasil yang diperoleh (Anonim,
2012).
Tanah
liat merupakan jenis tanah yang bertekstur paling halus dan lengket atau
berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki pori-pori berukuran
kecil (pori-pori mikro) yang lebih banyak daripada pori-pori yang berukuran
besar (pori-pori makro) sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang eukup
kuat. Pori-pori mikro adalah pori-pori halus yang berisi air kapiler (Anonim,
2011).
Selain
tanah liat juga ada media tanam yang lain berupa pasir. Pasir sering digunakan
sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini,
pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian
benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman (Anonim,
2011).
2.4.3. Alat, Bahan, dan Cara Kerja
Ø Alat
ü 9 buah
rizotron/toples transparan
ü Alar siram
ü Alat
tulis
ü Penggaris
ü Neraca/timbangan
Ø Bahan
ü Benih
jagung
ü Tanah
liat/lempung
ü Pasir
ü Air
ü N, P, K
Ø Cara
Kerja
ü Menyiapkan
9 buah toples plastik (masing-masing kelompok 3 buah)
ü Menimbang
tanah sebanyak 4 kg dengan neraca timbang kemudian dituang kedalam toples 1
ü Menimbang
pasir sebanyak 4 kg dengan neraca timbang kemudian dituang kedalam toples 2
ü Menimbang
pasir dan tanah sebanyak 4 kg tetapi ditimbang dengan neraca timbang secara
terpisah, pasir 2 kg, tanah liat 2 kg dan dicampur kemudian dituang kedalam
toples 3
ü Saat
dilakukan penimbangan, dihitung terlebih
dahulu berat toples/wadah tempat meletakkan pasir/tanah, yaitu diperoleh hasil
142 gram. Jadi, berat pasir/tanah liat dikurangi berat wadah/toples.
ü Merendam
biji jagung dengan jumlah air 300 ml. Nama benih jagung yaitu Bonanza F1.
ü Menyirami
media tanam (toples 1,2, dan 3) yang telah disiapkan samapai mencapai kapasitas
lapang yaitu tiap toples 1000 ml
ü Membuat
lubang tanam sebanyak 4 lubang tanam
ü Menanan
biji jagung kedalam lubang tanam yang telah disiapkan tadi
ü Meletakkan
media tanam ditempat yang terkena sinar matahari dan perlakuan yang sama pada
tiap toplesnya
ü Menimbang
NPK sesuai rekomendasi yaitu diperoleh hasil 0,025 gram/toples
ü Menyiram
benih jagung setiap hari diwaktu yang sama tiap harinya dengan jumlah air yang
sama
ü Kemudian
hitung pertumbuhan tinggi dan jumlah daunnya tiap minggunya
ü Setelah 4 minggu (28 hari),
tanaman dicabut tetapi jangan sampai merusak akarnya
ü Kemudian akar dibersihkan
dan dikeringkan
ü Menghitung jumlah akar
serabut, bulu-bulu akar, dan panjang akar
ü Kemudian
mencatat hasilnya dalam tabel hasil pengamatan
2.4.4. Hasil dan Pembahasan
Tabel 6. Rerata tinggi tanaman
jagung umur 7, 14, 21, 28 hari
setelah tanam
Perlakuan
|
Umur pengamatan hari setelah tanam (cm)
|
|||
7
|
14
|
21
|
28
|
|
T1
|
6,77 a
|
15,90 a
|
23,37 a
|
46,57 a
|
T2
|
5,33 a
|
13,77 a
|
20,33 a
|
29,57 a
|
T3
|
5,27 a
|
14,70 a
|
22,07 a
|
31,33 a
|
Pada
tabel 6, seperti yang tampak diatas, pada perlakuan T1, yaitu perlakuan
menggunakan media tanam tanah liat, tinggi pada umur 7 hari setelah tanam yaitu
rata-rata 6,77 cm, pada umur 14 hari setelah tanam rata-ratanya mencapai 15,90
cm, dan pada umur 21 , dan 28 hari setelah tanam mencapai rata-rata 46,57 cm.
Kemudian pada perlakuan T2 rata-rata tinggi tanaman 28 hari setelah tanam yaitu
29,57 setelah itu perlakuan pada T3 yaitu menggunakan media tanam pasir dan
tanah liat pada umur 7 hari setelah tanam rata-rata tinggi tanaman jagung yaitu
5,27cm, sedangkan pada umur 28 hari setelah tanam rata-rata tinggi tanaman
jagung 31,33cm. Dari data hasil perlakuan tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa tanaman jagung pada perlakuan T1 yaitu menggunakan media tanam tanah liat
pertumbuhan dan perkembangannya lebih baik dari pada tanaman yang diperlakukan
pada media tanam pasir dan pada tanah kombinasi
. Hal ini sejalan dengan
pendapat (Anonim, 2012) bahwa faktor
media tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pangan yaitu
nutrisi bagi tanaman. Tanaman akan tumbuh dengan baik dan menghasilkan produk
yang diminta jika media tanamnya sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman.
Tabel 7. Rerata jumlah daun tanaman jagung umur 7, 14, 21, 28 hari
setelah tanam
Perlakuan
|
Umur
pengamatan hari setelah tanam (helai)
|
|||
7
|
14
|
21
|
28
|
|
T1
|
2 a
|
3 a
|
4 a
|
6 a
|
T2
|
2 a
|
4 a
|
4 a
|
5 a
|
T3
|
3 a
|
4 a
|
4 a
|
6 a
|
Pada tabel 7 tidak ada perbedaaan yang nyata yang
dinotasikan dengan a dan
mengenai rerata jumlah
daun tanaman jagung dari umur 7, 14, 21 sampai dengan 28 hari dari ulangan 1,
2, dan 3, dilihat dari perlakuan T1, T2, dan T3, pada 7 hari setelah tanam
rata-rata yang paling banyak daunnya yaitu pada perlakuan T3, untuk 14
hari setelah tanam yang paling banyak yaitu perlakuan pada T2 dan T3, karena
sama-sama memilki rata-rata daun 4 helai, dan untuk 21 hari setelah tanam dari
perlakuan T1, T2 dan T3 sama-sama memiliki rata-rata 4 helai, berbeda dengan 28
hari setelah tanam yang paling banyak rerata jumlah daun yaitu pada perlakuan
T1 dan T3 karena memiliki rata-rata 6 helai.
Dari data yang sudah dibahas
diatas dapat disimpulkan bahwa tanaman pada perlakuan T1 dan T3 yaitu
menggunakan media tanam tanah liat dan media tanam kombinasi antara tanah pasir
dan tanah liat memiliki daya pertumbuhan yang lebih baik karena tampak pada
daun tanaman tersebut yang lebar dan panjang serta memperlihatkan warna daun
yang segar.
Tabel 8 . Rerata panjang akar, jumlah
akar serabut, jumlah bulu-bulu akar
Perlakuan
|
Parameter
|
||
Panjang
akar
|
Jumlah
akar serabut
|
Jumlah
bulu-bulu akar
|
|
Tanah liat
|
24,77 a
|
11 a
|
1.593 a
|
Tanah pasir
|
20,75 a
|
9 a
|
214 a
|
Kombinasi(pasir+liat)
|
13,97 a
|
11 a
|
235 a
|
Dari tabel 8 diatas
dapat dilihat adanya notasi a pada
setiap percobaan yang melambangkan bahwa tidak ada beda nyata antara perlakuan
yang diteliti. dan
perlakuan yang menggunakan tanah liat mempunyai rata-rata 24,77cm, 20,75cm,
13,97cm untuk panjang akar, sedangkan pada perlakuan T1, T2, T3 jum;lah akar
serabut berturut-turut yaitu 11, 9, dan 11. Dapat diambil kesimpulan bahwa
media tanam tanah liat pada setiap kelompok menunjukkan pertumbuhan akar
tanaman yang lebih banyak dan lebih baik.. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Anonim,2012) bahwa tanaman akan tumbuh dengan baik dan menghasilkan produk
yang baik pula ketika tanaman tersebut ditanam pada media tanam tanah, sebab tanah liat
atau lempung mempunyai daya ikat air yang kuat.
BAB III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari praktikum acara 1, dapat disimpulkan bahwa:
a. Tanaman yang terkena cahaya matahari
secara langsung (terang) pertumbuhannya lebih lambat, daunnya lebar &
tebal, berwarna hijau, batang tegak, kokoh. Disebabkan karena sinar matahari
menghambat pertumbuhan hormon auksin pada tanaman
b. Tanaman yang tidak terkena cahaya
matahari (gelap) pertumbuhannya lebih cepat & mempunyai batang yang lebih
tinggi, daunnya tipis, berwarna pucat, batang melengkung tidak kokoh.
Disebabakan karena hormon auksin diproduksi sangat banyak.
c. Cahaya merupakan faktor eksternal
atau luar yang mempengaruhi pertumbuhan & perkembangan pada tumbuhan.
Dan praktikum acara 2 dapat disimpulkan
bahwa:
a. Jaringan
pengangkut yang bertugas membawa atau mengangkut air, unsur hara maupun zat-zat
hasil fotosintesis pada tumbuhan tingkat tinggi terdiri atas pembuluh xilem dan
floem.
b. Kecepatan air dari bawah (akar) sampai keatas (puncak) dipengatuhi oleh
faktor-faktor: tekanan akar, transpirasi, gaya kohesi,
dan anatomi xilem.
c.
Proses
air masuk kedalam tubuh tanaman sebagi berikut: air dihisap oleh akar tanaman
sebagian melalui bulu-bulu akar, akar ini di hubungkan dengan suatu penghubung
yang disebut dengan vecular system.
Kemudian air dialirkan ke seluruh tubuh tanaman melalui protoplast dan dinding
sel terus kedalam jaringan xilem hingga sampai ke daun, sebagian di gunakan
untuk mensintesis persenyawaan–persenyawaan organik seperti karbohidarat,
lemak, protein dan bahan organik lainnya.
Dari hasil pengamatan acara 3, dapat
disimpulkan bahwa:
a.
Difusi
yaitu pergerakan partikel dari tempat dengan potensial yang lebih tinggi
ketempat dengan potensial yang lebih rendah kerena energi kenetik sendiri
sempat terjadi keseimbangan dinamis.
b.
Osmosis adalah proses pergerakan
molekul zat pelarut, dari larutan konsentrasi zat pelarutnya tunggi menuju
larutan yang konsentrasi zat pelarutnya rendah melalui selaput atau membran
selektif permeaabel ata semi permeaabel.
Dari hasil pengamatan acara 4 setelah dilakukan pengamatan
selama 28 hari dapat kesimpulan bahwa:
(a) Dari semua perlakuan T1,
T2, T3 tidak ada beda nyata pertumbuhan tanaman jagung dan dinotasikan dengan ‘a’.
(b)
Dari data
tinggi tanang memiliki taman jagung, yang memiliki rata-rata paling tinggi
yaitu tanaman jagung yang diperlakuan T1 dan terendah rata-rata tanaman jagung
yang diperlakuan T2
(c)
Pada
perlakuan untuk jumlah daun, rata-rata pada semua perlakuan , baik itu
perlakuan T1, T2, T3, rata-rata jumlah daunnya sama, yaitu 4 helai
(d)
Dari hasil
pengamatan pada Panjang akar tanaman jagung didapat bahwa rata-rata yang
terpanjang yaitu pada perlakuan T1, sedangkan rata-rata akar terpendek yaitu
pada perlakuan T3.
DAFTAR
PUSTAKA
Andriance, G.W. and
F.R. Brison. 1995. Propagation of
Horticultura Plant. Mc Graw. Hill Book
Coy. London. 298 p.
Anonim, 2003. Difusi dan osmosis. http :
// www. iloveblue. com /
bali_gaul_funky / artikel_bali / detail / 193. htm. Diakses tanggal
5 nopember 2012
Anonim.2009. imbibisi
pada tanaman. http://id.imbibisi-biji-laporan-oleh-bram-arda.html. diakses pada tanggal 20
Nopember 2012.
Ashari,
S. 1995. Hortikultura. Universitas Indonesia. Jakarta. 99 hal. th
Brady,
N.C. 1974. The Nature and Properties of Soil ed. The Mac
Millan Co. New York.
De
Boodt, M. and D. Verdonck. 1972. The Properties of Substrates In
Horticulture. Acta Horticultural.
26:37-44.
Effendi,
S. 1980. Bercocok Tanam Jagung. CV. Yasaguna. Jakarta.
Gaur, A.C.
1982. Improving Soil
Fertility Through Organic
Recycling. Project Field No. 15. FAO of
United Nations. Rome.85 p.
Kusnayadi.
H. 2012. Hand Out Fisiologi Tumbuhan. Fakultas
Pertanian. Universitas Samawa. Sumbawa Besar.
Lakitan, B., 1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta.
Salisbury, F.B. dan C.W.Ross, 1995.
fisiologi Tumbuhan Jilid satu.Diterjemahkan
Oleh : D.R.Lukman dan
Sumaryono. ITB-Press, Bandung.
Santoso, H.B. 1998. Pupuk Kompos.
Kanisius. Yogyakarta. 28 hal.